Profil Desa Karangmojo

Ketahui informasi secara rinci Desa Karangmojo mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Karangmojo

Tentang Kami

Profil Desa Karangmojo, Karanggayam, Kebumen. Mengupas potret ketangguhan masyarakat di tengah perbukitan terjal, menyoroti potensi kuliner khas "Mendut" sebagai ikon kreativitas lokal, dan perjuangan konstan dalam mengatasi tantangan isolasi infrastruktu

  • Medan Geografis Ekstrem

    Berlokasi di salah satu lanskap paling terjal di Kecamatan Karanggayam, membentuk karakter masyarakat yang tangguh, mandiri, dan sangat bergantung pada pola pertanian lahan kering.

  • Ikon Kuliner Khas "Mendut"

    Memiliki produk kuliner unggulan berupa "Mendut", penganan tradisional berbahan dasar singkong yang menjadi simbol kreativitas, ketahanan pangan, dan potensi ekonomi desa.

  • Perjuangan Infrastruktur

    Menghadapi tantangan isolasi yang signifikan akibat kondisi infrastruktur jalan yang sangat terbatas dan rawan bencana, yang menjadi prioritas utama dalam setiap agenda pembangunan.

XM Broker

Desa Karangmojo, yang tersembunyi di antara lipatan-lipatan perbukitan terjal Kecamatan Karanggayam, Kabupaten Kebumen, ialah sebuah potret nyata tentang resiliensi dan adaptasi manusia terhadap alam. Kehidupan di sini ditempa oleh kondisi geografis yang ekstrem, yang menuntut warganya untuk memiliki ketangguhan dan semangat gotong royong yang luar biasa. Namun dari rahim alam yang keras ini pula lahir kreativitas dan kearifan lokal, salah satunya terwujud dalam cita rasa penganan khas bernama Mendut. Profil ini menyajikan tinjauan mendalam tentang Desa Karangmojo, sebuah komunitas yang bertahan, bertumbuh dan berjuang di salah satu medan tersulit di Kebumen.

Geografi Perbukitan Terjal dan Asal-Usul Desa

Secara etimologi, nama "Karangmojo" kemungkinan berasal dari gabungan kata "Karang" yang dapat berarti batu atau pekarangan, dan "Mojo", nama sejenis pohon buah (Aegle marmelos). Nama ini mengisyaratkan sebuah wilayah pemukiman di area berbatu yang dahulu mungkin ditandai dengan keberadaan pohon Maja. Desa Karangmojo memiliki luas wilayah sekitar 6,95 kilometer persegi. Seluruh areanya berupa perbukitan curam yang termasuk dalam zona Pegunungan Serayu Selatan dan menjadi bagian dari kawasan Geopark Nasional Karangsambung-Karangbolong.Batas-batas wilayah Desa Karangmojo meliputi:

  • Sebelah Utara: Berbatasan dengan Desa Karanggayam

  • Sebelah Timur: Berbatasan dengan Desa Ginandong

  • Sebelah Selatan: Berbatasan dengan Kecamatan Karangsambung

  • Sebelah Barat: Berbatasan dengan Desa Pagebangan

Topografi wilayahnya yang didominasi lereng dengan kemiringan ekstrem menjadikan desa ini sebagai salah satu daerah dengan tingkat kerawanan bencana tanah longsor tertinggi di Kabupaten Kebumen. Pola pemukiman penduduknya pun menyebar, membentuk dusun-dusun kecil yang terisolasi satu sama lain oleh lembah dan sungai.Berdasarkan data kependudukan per 25 Agustus 2025, Desa Karangmojo dihuni oleh 3.967 jiwa. Dengan luas wilayah 6,95 km², maka tingkat kepadatan penduduknya tergolong rendah, yakni sekitar 571 jiwa per kilometer persegi. Kepadatan yang rendah ini merupakan cerminan dari kondisi geografisnya, di mana sebagian besar lahan tidak memungkinkan untuk dijadikan pemukiman padat.

Perekonomian Bertumpu pada Ketahanan Pangan

Dalam kondisi alam yang menantang, orientasi utama perekonomian masyarakat Desa Karangmojo ialah pemenuhan kebutuhan dasar dan ketahanan pangan (subsisten). Pertanian lahan kering menjadi satu-satunya pilihan, dengan singkong sebagai komoditas paling vital. Singkong tidak hanya menjadi sumber karbohidrat utama pengganti nasi, tetapi juga diolah menjadi gaplek sebagai cadangan pangan strategis untuk menghadapi musim paceklik. Selain singkong, warga juga menanam jagung dan padi gogo di lahan-lahan tegalan.Untuk pendapatan ekonomi, masyarakat bergantung pada hasil perkebunan rakyat. Cengkeh, kapulaga, dan kelapa merupakan komoditas yang hasilnya dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Seperti desa-desa lain di Karanggayam, investasi jangka panjang dalam bentuk penanaman pohon kayu keras seperti sengon (albasia) dan jati menjadi pilihan rasional bagi masyarakat. Pohon-pohon ini dianggap sebagai "celengan" atau tabungan yang dapat dipanen di masa depan untuk kebutuhan besar.Tantangan terbesar dalam sektor ekonomi ialah akses pasar. Kondisi jalan yang buruk membuat biaya pengangkutan hasil bumi menjadi sangat mahal. Hal ini memaksa petani untuk menjual produk mereka kepada tengkulak yang datang ke desa dengan harga yang seringkali lebih rendah dari harga pasar, membatasi potensi pendapatan mereka.

Mendut Karangmojo: Ikon Kreativitas dan Cita Rasa Lokal

Di tengah kerasnya alam dan keterbatasan ekonomi, kreativitas masyarakat Karangmojo justru bersinar. Salah satu buktinya ialah "Mendut", sebuah penganan tradisional yang telah menjadi ikon kuliner desa. Mendut dibuat dari bahan baku yang paling melimpah di sana, yaitu singkong. Adonan singkong parut yang dikukus ini umumnya diisi dengan gula kelapa (gula merah) dan dibungkus dengan daun pisang, menghasilkan cita rasa yang manis, gurih, dan legit.Mendut lebih dari sekadar makanan; ia adalah simbol ketahanan dan kearifan lokal. Di saat sumber pangan lain sulit didapat, singkong selalu dapat diandalkan dan diolah menjadi penganan lezat yang mampu memberikan energi. Produksi Mendut umumnya dilakukan dalam skala industri rumah tangga, dikerjakan oleh para ibu sebagai sumber pendapatan tambahan. Penganan ini biasanya dijual di pasar-pasar lokal di Kecamatan Karanggayam atau dipesan untuk acara-acara hajatan.Potensi Mendut Karangmojo untuk dikembangkan sangatlah besar. Dengan sentuhan kemasan yang lebih modern, branding yang kuat sebagai "Oleh-Oleh Khas Karanggayam", serta perbaikan akses distribusi, Mendut berpeluang untuk menembus pasar yang lebih luas dan menjadi produk ekonomi kreatif andalan yang dapat mengangkat nama desa.

Kehidupan Sosial dan Perjuangan Melawan Isolasi

Kondisi geografis yang sulit secara alami menempa ikatan sosial yang sangat kuat di antara masyarakat Desa Karangmojo. Semangat gotong royong atau kerja bakti bukan sekadar tradisi, melainkan sebuah keharusan untuk bertahan hidup. Warga secara swadaya dan bersama-sama memperbaiki jalan yang rusak, membuka akses baru, atau membantu sesama yang tertimpa musibah. Solidaritas ini menjadi modal sosial terbesar yang dimiliki desa.Perjuangan utama yang dihadapi setiap hari oleh warga Karangmojo ialah melawan isolasi geografis. Infrastruktur jalan merupakan isu paling fundamental. Banyak dusun yang hanya bisa diakses dengan berjalan kaki atau menggunakan sepeda motor trail saat kondisi kering. Ketika hujan deras turun, beberapa ruas jalan menjadi sangat licin dan berbahaya, bahkan tak jarang terputus total akibat longsor, yang secara efektif mengisolasi sebuah dusun dari dunia luar.Keterbatasan ini berdampak langsung pada semua aspek kehidupan. Anak-anak harus menempuh perjalanan berat dan berbahaya untuk mencapai sekolah. Warga yang sakit parah menghadapi risiko besar saat harus dievakuasi menuju puskesmas di pusat kecamatan. Akses terhadap informasi melalui sinyal telekomunikasi dan internet pun masih menjadi kemewahan yang hanya bisa dinikmati di titik-titik tertentu.

Visi Masa Depan: Konektivitas untuk Kesejahteraan

Visi pembangunan Desa Karangmojo ke depan terfokus pada satu kata kunci yang paling esensial: konektivitas. Tanpa perbaikan aksesibilitas, segala potensi yang dimiliki desa, termasuk potensi kuliner Mendut, akan sulit untuk berkembang secara optimal.Prioritas pembangunan yang paling mendesak dan harus terus diperjuangkan ialah peningkatan kualitas infrastruktur jalan. Pemanfaatan dana desa dan advokasi berkelanjutan kepada pemerintah kabupaten untuk program pembangunan jalan menjadi agenda utama pemerintah desa dan seluruh masyarakat. Jalan yang layak tidak hanya akan membuka akses pasar bagi hasil bumi, tetapi juga akan mempermudah akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan informasi.Seiring dengan perbaikan konektivitas, pengembangan ekonomi kreatif berbasis potensi lokal dapat mulai digalakkan. Pembentukan kelompok usaha bersama (KUB) bagi para perajin Mendut, pelatihan mengenai pengemasan dan pemasaran, serta promosi melalui media digital dapat menjadi langkah selanjutnya. Di sisi lain, program mitigasi bencana melalui pembentukan Desa Tangguh Bencana (Destana) harus terus diperkuat untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi ancaman tanah longsor yang selalu mengintai.Desa Karangmojo ialah cerminan dari semangat juang yang tak pernah padam. Masa depan yang lebih cerah bagi desa ini sangat bergantung pada terbukanya jalan-jalan yang akan menghubungkan ketangguhan dan kreativitas warganya dengan peluang kesejahteraan yang lebih luas.